Friday, August 08, 2008

Surat Panjang, Kisah Semestinya

Malam nyalang, iba tiba-tiba mengemis risih di pundakmu yang terguncang beku. Sedangkan aku menunduk lesu. bertanya, kisahmu kapankah usai? Aku di sini, menyemaikan rindu yang tercabik digurat matamu. Yang menatapku kosong membayang wajah yang bukan aku. Ini bulan separo milikmu dan kenangan yang selalu kau simpan lalu kau rayakan sendiri .

Kapan kisahmu selesai, nanti bolehkah kutulis lagi kisah seringai serigala. Perempuan malangku.. aku tertunduk, mencuri-curi kau, mengagumimu yang bergumam pada isak yang dalam. Dan kau selalu larut, entah bersembunyi, dalam tawa yang gelar menderam dalam dadaku. Ini kusebut luka perempuanku pengikat janji untuk menjaga dan membangunkanmu pada mimpi. Perempuannku nanti kuajak kau berpesta di tengah padang tanpa sahara dengan danau yang sejuk dan aku bersiap menggelar tubuhku, untuk kau rebah.

Perempuanku apa yang kau tunggu. Sedangkan aku tak ingin matamu selalu nanar setiap kau mendongeng. Rokok yang makin dalam kau hisap, lalu kauhempaskan. sia-sia. Bukan dia.. bukan dia..! Tak mungkin dia berarti. Kau lebih berharga dari apapun, lelaki itu hanya sobekan kertas koran dengan huruf yang terpotong-potong. Sedangkan aku adalah surat panjang yang tertulis setiap malam.

Sby, 8 Agustus 2008

No comments: