Maaf ini sekedar perkenalan,
Ya saya dianggap anak muda yang tak bisa mengucap atau menjabarkan sesuatu dengan kata atau kalimat serius yang anda mau. Saya memang tak lagi bisa dibilang muda tapi tetap saja berucap tajam dan membuka lebar moncong, untuk sesekali menampakkan jajaran gigi kusam. Sambil sesekali bahak menggema di ujung jalan atau pun di selokan tertutup.
Jadi maaf, jika saya salah ucap dan membiarkan opini opini berlarian. Silahkan saja umpat semaunya karena memang saya tak pandai merangkai kata dengan kalimat kalimat fantastis dan istilah istilah yang lebih ilmiah. Saya cuma paham loyalitas dan pikiran logis. Tak perlu banyak cingcau dengan saya, cukup tertawa bersama saja maka saya akan menggambarkan anda dengan kesinisan dan pemahaman yang tak mungkin anda duga. Di kepala saya memang banyak jejak jejak binatang ataupun jalang yang mengukir lapisan jalan jalan protokol. Jadi anda bebas saja melindas karna saya memang orang pinggir yang tak ingin tersingkir dengan ilmu melip dan ndaki'. Cukup saja saya dengan bacot yang begini, menganga di pinggiran jalan menguraikan serapahan yang terkadang saya sendiri tidak pernah sadar kapan saya akan menelan kembali ludah yang telah saya cuihkan di pundak-pundak berjas hitam.
Halaman? Apakah rumah saya berhalaman? Tidak, rumah saya sempit, hanya sepetak tak mungkin punya halaman. Halaman itu apa sih? Saya tak juga paham, setahu saya halaman hanya dimiliki rumah-rumah gedong yang banyak sekali tanaman mahal semacam tanaman emas. dirawat, dipupuk, disiram, diperlakukan layaknya manusia. Rumah saya di pojokan gang, bersebelahan dengan rumah tikus dan gubuk bekas pelacur tua. Tapi herannya mulut saya justru tidak bisa koar koar, di
Tapi yang lebih aneh saya tak bisa mendiskripsikan diri saya apakah betina atau jantan. Kenapa saya memilih jantan atau betina? Bukankah istilah itu cocok untuk binatang. Tapi kenapa saya tidak boleh memanusiakan manusia dengan kata "Betina" dan "Jantan". Toh tingkah laku saya hampir mirip bahkan mungkin anda atau merekapun juga mirip dengan binatang. Maaf sekali lagi maaf memang saya begini, suka menyangkut pautkan apa saja yang tiba-tiba lintas di kepala. Mungkin syaraf syaraf otak saya sudah sedemikian rumit dan krodit. Bahkan saya sendiri susah menguraikannya. Untuk tertawa saja saya bingung apa yang sedang saya tertawakan. Keahlian saya memang cuma menangis, berteriak dan tertawa walau terkadang tak pernah mengerti knapa tiba tiba ada banjir di pipi saya. Karena cerita sinetron yang sedang saya tonton atau sedang menangisi sesuatu di dalam diri saya. Padahal sinetron jaman sekarang tak pernah layak tonton. Menjual kemewahan dan impian hanya bikin saya gigit jari. Begitupun tertawa, tak mudah saya menguraikan kenapa saya tertawa. Padahal orang orang di sekitar saya diam saja dan justru tertunduk mengiyakan. Memangnya acara ceramah kok manggut manggut saja.
Ya.. saya memang aneh lantas kenapa kalian sibuk mencari cari saya.
Lalu mengamati termasuk dalam spesies apa saya ini?
Hahahaha... ya sudah maaf saja kalau saya masih tertawa tanpa arah, berteriak tanpa pengucapan yang jelas, berjalan ngalor ngidul tanpa tujuan. Mau dikata apalagi?
Saya hanya bisa membahasakan Kata "Saya", "Anda", dan tidak ada lagi kata sopan yang diingat. Membagus-baguskan diri memangnya knapa? anda mau protes lagi. ya sudah
Oke cukup sekian, moncong saya mulai pegal. Nih lihat semakin memanjang dan melebar mulut saya. Seringainya saja hampir mirip serigala. Untung saja belum berbulu wah bisa bisa makin mirip saya nanti. tapi kenapa anda dan mereka sibuk mencukur bulu bulu. hahaha.. Ketauan.. rupanya kalian hampir berubah bentuk menyerupai serigala juga. Selamat ya!
Sudahlah! Ternyata bercerita tentang pengemis jalanan dan bukan pengemis cinta-nya Jhonny Iskandar itu melelahkan ya? atau lebih baik saya menulis puisi saja.