Sunday, March 16, 2008

Oh.. Maaf saja

Maaf ini sekedar perkenalan,


Ya saya dianggap anak muda yang tak bisa mengucap atau menjabarkan sesuatu dengan kata atau kalimat serius yang anda mau. Saya memang tak lagi bisa dibilang muda tapi tetap saja berucap tajam dan membuka lebar moncong, untuk sesekali menampakkan jajaran gigi kusam. Sambil sesekali bahak menggema di ujung jalan atau pun di selokan tertutup.


Jadi maaf, jika saya salah ucap dan membiarkan opini opini berlarian. Silahkan saja umpat semaunya karena memang saya tak pandai merangkai kata dengan kalimat kalimat fantastis dan istilah istilah yang lebih ilmiah. Saya cuma paham loyalitas dan pikiran logis. Tak perlu banyak cingcau dengan saya, cukup tertawa bersama saja maka saya akan menggambarkan anda dengan kesinisan dan pemahaman yang tak mungkin anda duga. Di kepala saya memang banyak jejak jejak binatang ataupun jalang yang mengukir lapisan jalan jalan protokol. Jadi anda bebas saja melindas karna saya memang orang pinggir yang tak ingin tersingkir dengan ilmu melip dan ndaki'. Cukup saja saya dengan bacot yang begini, menganga di pinggiran jalan menguraikan serapahan yang terkadang saya sendiri tidak pernah sadar kapan saya akan menelan kembali ludah yang telah saya cuihkan di pundak-pundak berjas hitam.


Terserahlah.. orang mau bilang saya kecil, bau, amburadul, dan tak layak berada di tengah jalan menyempriti kendaraan kendaraan nganggur di jalan hanya karna saya bukan polantas. Terserah juga jika anda atau mereka balik meludahi saya karna dianggap asbak yang mengepulkan asap asap tebal dan menampung puntung puntung rokok. Akh.. terserah saja dikata saya tukang comel yang meniupkan cerita miring seputar orang orang yang lalu di depan saya. Toh dosa saya yang tanggung. Memangnya anda mau membiarkan dosa saya beralih pada anda? Tentu jawabnya tidak mau. Jadi biar saja saya nggedabrus apa saja. Diamkan saja, tapi kalau anda ingin berbuat baik, mari sini goyang berdansa gaya kampung bersama saya mendendangkan lagu jazz yang katanya musik eksekutip muda. Sebodo amat kalau dikata tidak cocok untuk telinga saya. Saya suka kok mendengarkan segala jenis musik biarpun tidak satupun jenis musik saya pahami. Asal kuping saya tidak meronta silahkan saja setel keras keras dengan sound system 2000 volt. Dada saya memang mudah berdentum, tapi juga mudah merasa getar getar yang teramat samar. Yah.. saya memang tak bisa dikatakan muda tapi tak bisa dikatakan tua karna kaki saya masih sanggup mengantar laku yang tak bisa diam sejenak di pelataran parkir, perempatan jalan atau halaman rumah.


Halaman? Apakah rumah saya berhalaman? Tidak, rumah saya sempit, hanya sepetak tak mungkin punya halaman. Halaman itu apa sih? Saya tak juga paham, setahu saya halaman hanya dimiliki rumah-rumah gedong yang banyak sekali tanaman mahal semacam tanaman emas. dirawat, dipupuk, disiram, diperlakukan layaknya manusia. Rumah saya di pojokan gang, bersebelahan dengan rumah tikus dan gubuk bekas pelacur tua. Tapi herannya mulut saya justru tidak bisa koar koar, di sana tak ada bahan yang membuat saya berteriak "malu.... malu....! Bau... Bau....!". Makanya saya sering tidak betah berlama-lama di rumah. Lebih baik saya jalan kaki menempuh setahun, dua tahun, bertahun tahun perjalanan akan saya lakoni. Jika ada yang mengingatkan "kau itu sudah tidak muda, apakah kau sudah menemukan konsep hidup?" lalu saya tersenyum menjawabpun saya tak bisa. Padahal itu pertanyaan mudah untuk dijawab antara Ya dan Tidak. Tapi sungguh saya tidak pernah tahu apakah saya telah bertemu dengan konsep hidup saya? Sedangkan saya masih suka berjalan tanpa alas kaki dan tidak betah berdiam di satu tempat. Meludah sembarangan dan tetap memukul kepala, dada, dan hati orang lain sesuka saya.


Tapi yang lebih aneh saya tak bisa mendiskripsikan diri saya apakah betina atau jantan. Kenapa saya memilih jantan atau betina? Bukankah istilah itu cocok untuk binatang. Tapi kenapa saya tidak boleh memanusiakan manusia dengan kata "Betina" dan "Jantan". Toh tingkah laku saya hampir mirip bahkan mungkin anda atau merekapun juga mirip dengan binatang. Maaf sekali lagi maaf memang saya begini, suka menyangkut pautkan apa saja yang tiba-tiba lintas di kepala. Mungkin syaraf syaraf otak saya sudah sedemikian rumit dan krodit. Bahkan saya sendiri susah menguraikannya. Untuk tertawa saja saya bingung apa yang sedang saya tertawakan. Keahlian saya memang cuma menangis, berteriak dan tertawa walau terkadang tak pernah mengerti knapa tiba tiba ada banjir di pipi saya. Karena cerita sinetron yang sedang saya tonton atau sedang menangisi sesuatu di dalam diri saya. Padahal sinetron jaman sekarang tak pernah layak tonton. Menjual kemewahan dan impian hanya bikin saya gigit jari. Begitupun tertawa, tak mudah saya menguraikan kenapa saya tertawa. Padahal orang orang di sekitar saya diam saja dan justru tertunduk mengiyakan. Memangnya acara ceramah kok manggut manggut saja.


Ya.. saya memang aneh lantas kenapa kalian sibuk mencari cari saya.
Lalu mengamati termasuk dalam spesies apa saya ini?

Hahahaha... ya sudah maaf saja kalau saya masih tertawa tanpa arah, berteriak tanpa pengucapan yang jelas, berjalan ngalor ngidul tanpa tujuan. Mau dikata apalagi?


Saya hanya bisa membahasakan Kata "Saya", "Anda", dan tidak ada lagi kata sopan yang diingat. Membagus-baguskan diri memangnya knapa? anda mau protes lagi. ya sudah sana teriak sambil lari telanjang saja. "Saya Protess.. Saya Protess..!" Memangnya saya peduli, jika anda atau mereka berteriak seperti itu? bukankah saya hidup di lingkungan yang seperti itu, cuek bebek sambil berlalu dengan pantat megal megol. Dan saya yang hanya anak muda, manusia kerdil, berotak idiot, pemamah makanan basi dijalanan, pengintai jemuran milik tetangga, pasti akan meniru tingkah laku kalian. Jadi jangan salahkan saya.

Oke cukup sekian, moncong saya mulai pegal. Nih lihat semakin memanjang dan melebar mulut saya. Seringainya saja hampir mirip serigala. Untung saja belum berbulu wah bisa bisa makin mirip saya nanti. tapi kenapa anda dan mereka sibuk mencukur bulu bulu. hahaha.. Ketauan.. rupanya kalian hampir berubah bentuk menyerupai serigala juga. Selamat ya!


Sudahlah! Ternyata bercerita tentang pengemis jalanan dan bukan pengemis cinta-nya Jhonny Iskandar itu melelahkan ya? atau lebih baik saya menulis puisi saja.

No comments: