Tuesday, July 17, 2007

Pulau Sempu Dalam Ingatan 2


Tak habis habisnya aku memandang
tebingmu kokoh diterpa ombak besar


Kau tampak angkuh dengan dada yang busung

Walau sesekali lumba lumba menggelitikmu, tapi kau acuh

Tetap saja menggerus waktu siang dan malam







Cincin karang yang membatasi Segara Anak dengan laut lepas. diambil di perjalanan menuju tempat Camp.

Laut sedang menyusu di rimbun terumbu dan Menyurut di balik bukit karang Membentuk Segara ditepian Anak Pantai







Bukit Karang yang menjulang diantara hutan belantara dan Pantai mini Segara Anak.








Dilihat dari kapal yang membawa kami ke Daratan Pulau Sempu.

aku janji
bakal kembali
perjalanan ini,
belum selesai
aku menelanjangimu








hem.. ini pemandangan di belakang bukit karang dekat dengan tempat camp.
Angin lautnya mampu membuaimu untuk tak segera beranjak dari tempat itu.

Monday, July 16, 2007

Pulau Sempu Dalam Ingatan 1


Perjalanan dari Pintu Masuk Pulau Sempu menuju tempat camp Segara Anak

Suasana yang selalu aku rindukan
dan membuatku ingin kembali
Berjalan diantara rimbun pepohonan
dan jalan setapak tanpa polusi







Main ranger rangeran di tenga laut yang lagi surut.
huwahahaha.. asik bangett lho..











Pintu Masuk Cagar Alam Pulau Sempu
(Catur, Gita,Hansa, Kartika,Gagas, Fatchul) *Dari Kiri








Akibat Laut telah surut, kami harus rela turun kapal di tepi Pulau Sempu dengan berbasah basah berjalan melewati karang tajam dan batu yang licin oleh lumut.









Di depan Cincin batu karang yang memisahkan Segara Anak dengan laut lepas.

Deru ombak besar menyusup diantara Cincin karang
Mengajak bermain sekawanan angin selatan
Sesekali ia mengeluh rupanya
Surut menghalanginya pulang ke Segara Anak




Perjalanan Ke Pulau Sempu


Pulau Sempu

Pulau Kecil Pemikat Waktu

Berhenti berlalu wahai waktu biarlah diam

Terendam ombak Segara Anak





Kami berkumpul di sekolah hari rabu tanggal 11 Juli 2007, seluruh 6 personil HPPMS(himpunan pelajar pecinta alam SMUN 15 surabaya) dan 1 orang teman (Catur, Aku, kartika, Gagas, Fatchul, Rolex, dan Hansa) yang akan berangkat menuju Pulau sempu sekitar jam 7 malam. Kami mengecek perlengkapan dan packing barang yang akan kami bawa. Setelah itu kami menuju ke terminal bungurasih jam 02.00 tanggal 12 naik bus jurusan malang(8000 rupiah perorang). Kami berangkat dini hari untuk mengantisipasi jalanan yang macet karna lumpur lapindo. Kami naik bus jurusan malang sekitar jam 03.00 dan tiba di terminal arjiosari pukul 05.10 lalu sholat dan istirahat sejenak. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan menuju gadang dengan menumpangi lyn AMG/AG (3000rupiah perorang) jam 06.20 Perjalanan ditempuh sekitar setengah jam. Setibanya di gadang sekitar jam 07.10 kami menumpangi colt bison menuju turen. Sebenarnya sopir colt sudah menawarkan untuk mengantar kami sampai dengan Sendang Biru kampung nelayan dan perhentian terakhir menuju Pulau sempu.tapi ketika melewati daerah turen kami dicegat leh angkot daerah turen dan memaksa kami untuk pindah angkutan. Biaya deal dengan sopir colt gadang sampai sendang biru 100 ribu. (Gadang - Turen 40.000 Turen - Sendang Biru 60.000 untuk 7 orang).


Perjalanan dari Turen ke Sendang Biru menempuh perjalanan yang lama sekitar 3-4 jam jalannya yang sempit berkelok kelok melewati bukit, membuat kami kelelahan dalam perjalanan itu. Kami tiba di sendang biru jam 11.50 beristirahat dan makan sampai jam 02.00. Setelah mengurus perijinan, mengisi persediaaan air selama 2hari dan mendapat kapal yang akan membawa kami menuju pulau (harga transportasi kapal 75.000 rupiah antar jemput) kami berangkat. Untuk menyebrang pulau tidak memakan waktu banyak karna pulau itu memang dekat dengan Sendang biru. Laut sudah surut ketika kami turun kapal dan akhirnya kami harus berbasah basah menuju daratan dan berkecek kecek ria. Batu karang yang tajam memaksa kami untuk sedikit merasakan terapi pijat karna kami harus melepas sepatu agar tak basah. Jadi agar tak melewati karang lebih baik menyebrang diwaktu air masih pasang. Setelah itu kami berdo’a di “pintu masuk” Segara Anak. Sebenarnya kami ingin menuju Telaga Lele agar mudah kami mendapat air tawar tapi karna teman saya Catur lupa kalau seharusnya tidak turun di pantai itu untuk menuju Telaga Lele akhirnya kami mengganti tempat Camp di Segara Anak. Kami menempuh perjalanan dengan jalan kaki antara satu setengah jam sampai dua jam untuk menuju tempat itu. Medan yang ditempuh tidak terlampau jauh hanya saja banyak jalan yang menanjak lalu turun dan menanjak lagi. Kami sudah cukup lelah dengan perjalanan yang ditempuh dari Surabaya.


Kami beristirahat dalam perjalanan sebanyak dua kali. Setelah melewati jembatan bambu rusak sayup sayup debur ombak tipis terdengar. Semangatku, Catur dan Hansa semakin terpacu (ke 4 orang; rolek, kartika, gagas dan Fatchul sudah berada didepan). Melewati pingiran tebing yang di bawahnya sudah terlihat laut kami harus sedikit berhati hati dengan beban yang kami bawa masing masing sekitar 15 kg. Terlihat cincin batu karang yang memisahkan pantai itu dengan laut lepas kami mengambil dokumentasi. Ternyata di depan sudah terhampar pantai dengan pasirnya yang putih bersih tidak ada sampah dan ombaknya yang tidak galak, kami serasa disambut dengan pemandangan yang indah. Segara Anak dikelilingi bukit dan batu batu karang. Kami tiba jam 04.30 mencari tempat mendirikan tenda dan bersiap siap memasak makan malam. Di belakang tempat camp ada bukit batu karang. Aku mendakinya untuk melihat ada apa dibaliknya ternyata itu adalah palung laut, pemandangan diatas sana sungguh indah. Tebing karangnya yang kokoh dan debur ombak yang besar membuat mataku takjub memandangnya di bawahnya sudah laut lepas samudra hindia wah benar benar tidak rugi harus meminta ijin kerja dan perjalanan yang harus kami tempuh. Menurut informasi sekitar jam 3-5 sore biasanya terlihat lumba lumba berenang disitu, sayangnya aku tidak bisa melihatnya karna sudah terlalu sore. Hawa disitu tidak dingin hanya hembusan anginnya saja yang sedikit kencang. Sebenarnya kami tidak ingin cepat cepat tidur tapi energi kami habis. Setelah makan malam, bersih bersih dan evaluasi perjalanan dari mulai berangkat sampai tiba, jam 11 malam kamipun tidur. Malam yang indah karpet buaian langit terhampar dengan bintang selatan redup yang tersebar. Deru ombak tipis sebagai backsound menambah syahdu tempat itu. Dan tidak ada keinginan untuk segera berpisah dengan Segara Anak. Aku sendiri tak rela menyianyiakan waktu disitu. Jauh jauh ke Sempu kok buat tidur. Rolek sudah tertidur pulas ditenda sedangkan aku, Catur, Hansa asik membuat sosis bakar. Setelah itu sebenarnya kami masih ingi menikmati malam dengan mbermain kartu akhirnya terpaksa kami tidur juga. Hansa Dan Catur sudah larut dalam mimpinya, putus asa tidak bisa main poker. Heheheh.. (orang aneh ya?. Aku juga kecewa sih..!) akhirnya aku pun ikut lelap diapit tiga orang laki laki itu.


Hari itu (kamis malam) tidak banyak yang datang hanya ada 2 kelompok. Besoknya jum’at siang datang kelompok lain juga ngecamp ditempat itu. Sedikit kecewa ketika ada serombongan keluarga datang dengan membawa porter pengangkut barang ternyata tempat ini tidak steril ketakutan pada pengunjung yang kadang membuang sampah sembarangan akan merusak tempat ini. Mungkinkah 5 tahun lagi wajah Segara Anak Khususnya Pulau Sempu akan sama seperti ini. Semoga BKSDA mampu membuat kebijakan untuk pelestarian pulau ini. Hari jumat kami memulai kegiatan kami 3 orang anggota muda HPPMS dipersiapkan untuk menerapkan materi survival yang sudah diberikan disekolah. Mereka disuruh untuk membuat jebakan untuk mencari hewan buruan. Aku ditunjuk sebagai pengawas mereka menuju dua tempat di hutan, tempat pertama tak jauh dari tempat camp, yang kedua agak jauh dan menuju jalan pentangan yang ternyata ada sebuah goa disitu. Sekitar 2 jam mulai jam 10 sampai jam 12 kami kembali menuju tempat camp untuk makan siang. Laut mulai surut sampai cincin karang yang kemaren aku lihat itu. Aku, Hansa, Catur, Rolek menunggu perisapan 3 anggota muda bersih bersih sisa makan siang, kami berenang menuju cincin itu. Lautnya indah tapi sayang di cincin karang itu banyak bulu babi. Aku tidak bisa mengintip laut luas dibalik cincin itu. Setelah puas berenang kami kembali ke camp, ganti baju dan membersihkan tubuh kami yang basah. AM sudah diinstruksikan untuk melihat jebakan yang dibuat tadi. Kali ini pengawasan diserahkan pada Rolek. Sedangkan Aku Hansa dan Catur menjaga tempat Camp sambil bermain poker. Sore hari kami menyiapkan makan malam setalah bercengkaram kami harus tidur karna malam hari ada kegiatan lagi. Ke 3 AM beritirahat kami pun juga mempersiapkan acara untuk pembayatan dan penyerahan scraf untuk 3 AM tersebut. Semakin malam ternyata ramai sekali sekitar 4 kelompok laen datang. Dan kami harus memutar otak untuk mencari alternatif tempat laen atau menyiasati pemberian scraf unuk merka. Setelah itu kami tiudr. Jam 12 malam kami bangun rencannya malam itu akan dilakukan pembayatan ternyata masih ramai. Akhirnya alterntif dipakai jam 4 pagi mereka dibangunkan untuk acara pemberian scraf. Selesai acara kami berkumpul melingkari api unggun. Menunggu pagi lalu beres beres persiapan untuk kembali pulang ke peradaban. Aku dan teman teman lain kehilangan minat untuk meneruskannya sampai minggu karena tempatnya sudah begitu ramai.

Jam 7 pagi hari sabtu kamipun bergegas untuk pulang. Perjalanan kembali ke pintu masuk Sempu kali ini hanya ditempuh dengan satu setengah jam. Sampai di bibir pantai tempat masuk Segara Anak kami menghubungi Pak Mamik untuk memberitahukan kalau rombongan sudah menunggu. Kembali kami naik kapal ke sendang biru dan sudah ditunggu angkutan yang kemarin mengantarkan kami. Tidak sempat bersih bersih kamipun langsung naek kendaraan, supir angkot menawarkan untuk mengantar kami ke Gadang (90.000 rupiah dari Sendang Biru ke Gadang untuk 7 orang) setelah sampai Gadang kami naik angkutan menuju arjosari (3000 rupiah /orang) lalu ke arjosari naik bis kembali pulang ke surabaya. Sampai di terminal bungurasih jam 16.45 dan kembali ke sekolah untuk mencuci peralatan dan berish bersih badan yang sudah 2 hari tidak mandi.


Rasanya ingin aku kembali ke Pulau Sempu masih banyak tempat di pulau itu yang ingin aku lihat semoga bulan depan bia kembali. Mengobati kerinduanku pada bau laut dan camar yang sesekali lewat diatas langitnya yang biru dan bukitnya yang hijau. Sepertinya perlu waktu yang agak panjang untuk bisa menikmati keindahan sempu. Yah seminggu mungkin itu berarti kami harus membawa air dari Snedang biru berapa liter ya??. Dua hari untuk 7 orang saja kami perlu 25 liter. Hem.. berarti harus mencari tempat camp laen yang dekat dengan pantai dan sumber air tawar.



*foto bisa diliat di posting selanjutnya