Friday, April 22, 2011

Aku dan Dia -Perempuan yang melawan dengan BUKU- 1

Ini pilihan, tak ada jalan selain maju terus ke depan. Tidak ada perjuangan yang sia-sia, setidaknya akan tetap tercatat walaupun tidak bisa merebut kemenangan.

Siapa yang menyangka, aku akan banyak melewati banyak proses yang demikian membingungkan. Pilihanku ketika menjatuhkan diri menjadi salah seorang prajurit di belakang Komandan Perempuan tidak akan pernah aku sesali.

Perempuan itu, Diana AV Sasa. Seorang perempuan yang gigih memperjuangkan mimpi-mimpinya. Dengan jalan apapun ia berusaha tetap bertahan untuk buku. DBUKU Bibliopolis, adalah salah satu mimpinya untuk memiliki perpustakaan sebagai ciri Kota Metropolis. Ia memperkenalkan konsep, perpustakaan yang tidak melulu berada di tempat yang tidak terlihat, jauh dari peradaban, kesan formal dan kaku. Selama hampir sekitar 4 bulan, DBUKU Bibliopolis berdiri dengan gagah di salah satu ruang di Mall Royal Plaza Surabaya. Ada saja pertanyaan dan kekaguman yang terlontar dari para pengunjung mall.

"Ini toko buku?"
"Oh.. Bukan ini library.. Anda bisa membaca sepuasnya dengan gratis. Bla..bla.. bla..".
Dan mereka akan berkeliling sebentar lantas berdecak kagum. Rata-rata mereka akan kembali lantas bercerita pada orang lain. Hingga sampai saat ini Dbuku memiliki anggota sekitar 240-an. Bukan junmlah sedikit tho?

Aku semakin ingin tahu tentang cara berpikir seorang Sasa, Perempuan dengan banyak keinginan (walau aku sedikit mengernyitkan dahi "hei..ini sudah mulai tidak masuk akal") atau ketika dia sedang dilanda kepanikan dan susah fokus, maka ia akan terus berbicara dari topik satu ke topik lainnya.(maka aku hanya diam dan membiarkan ia terus mengoceh hahahaha...) Belum lagi kalau dia dengan sifat yang sedikit keras kepala, tapi amat sangat lemah jika sudah dimain-mainkan emosinya (lagi..lagi.. aku cuma bisa kasih masukan yang ala kadarnya). Atau juga jika ia mulai terserang virus lupa, hal kecil dan remeh dia bisa jadi lupa, tapi untuk mengingat sejarah atau peristiwa dia bisa sangat hapal dan detail (nah.. yang ini aku heran kok bisa, dia melupakan dimana letak kunci motor, tapi ingat tentang semua judul buku yang ia punya). Tapi aku tahu, dia orang yang tidak pantang menyerah. walau tubuhnya sering keok karena pikiran yang tidak pernah ia istirahatkan barang sejenak.

Aku belum juga menyerah untuk ingin tahu lebih tentang perempuan satu ini. Setelah kejadian yang bertubi-tubi, dan akhirnya ia menyerah dan memang harus mengundurkan diri dari Royal (fiuhh.. bagaimana bisa library tanpa keuntungan dianggap bisnis dan tidak ada bantuan turun hanya karena tampilannya wah dan mewah dianggap komersil hanya karena menjual buku limited edition yang memang harganya tidak murah.

Bantuan dari dikmas saja tidak cukup, jika tidak ada kerjasama yang baik dengan plaza yang dipilih. Jika bisa aku berandai-andai, seandainya mereka memberi harga sewa khusus dan tidak disamakan dengan tenan-tenan yang kebanyakan memang usaha/bisnis. Mungkin kami sudah sangat berterima kasih, dan pasti bisa bertahan lebih lama. Aku masih ingat ketika Sasa berbicara dengan staf marketing, untuk lobi-lobi pemunduran pembayaran stan. Dengan arogannya mereka justru menyarankan untuk tahun depan tidak perlu diperpanjang. Hanya karena kita memohon untuk tidak dipersulit. Bayangkan saja keterlambatan bayar stan-lampu mati, terlambat lagi-disegel. Wuihh...

Ada alasan kenapa Ia mendandani perpustakaan di mall dengan sangat mewah. Alasan pertama, Perpustakaan di Mall harus bisa menarik pengunjung mall, dan bersaing dengan daya tarik toko yang bertebaran di mall. Alasan Kedua, Perpustakaan seharusnya bisa dijadikan tempat alternatif terbukanya ruang-ruang diskusi masyarakat perkotaan. (Bayangkan saja, pengunjung mall pastinya tampil modis, tidak mungkin mereka akan memilih tempat yang suram sumpek, amat sangat tidak nyaman dan mereka pasti memilih nongkrong di foodcourt).

Kemarin di acara "Perpustakaan dimata Kartini Indonesia" 21 April 2011, Adalah event terakhir dbuku di royal plaza. Entah kenapa dari awal acara sampai akhir acara. Tidak ada sama sekali tepuk tangan yang meriah, sepertinya masing-masing tamu undangan merasakan kesedihan di dalam hati kami. Di salah satu, sesi Perempuan dipersialahkan berbicara tentang buku dan perpustakaan. Ketika jatuh di giliran Diana AV Sasa, Aku yang lebih memilih jauh dari forum tak lagi bisa menahan air mata. Aku merasakan getaran kesedihan di suaranya yang getir. Sebelumnya beberapa tamu undangan, memuji-muji DBUKU Bibliopolis. Sungguh itu pujian yang menyakitkan, karena kami tahu kami tidak bisa lagi mempertahankan konsep Library At Mall ini kepada para penikmat dan pecinta Buku. Tiba-tiba acara itu terlarut dalam kesedihan yang dalam. Aku tahu seperti apa perjuangannya mempertahankan. Dan bagaimana ia kehilangan banyak waktu tenaga dan pikirannya untuk keberlangsungan DBUKU dan program-programnya.

Aku berani menunjuk dia sebagai Pahlawan Buku Perempuan dan dia benar-benar jelmaan Kartini masa kini. Mas Nuri berkata, "Apapun yang akan terjadi, DBUKU Biblipolis akan tercatat dalam sejarah". Itu bagiku seperti sebuah kebanggaan ditengah keterpurukan ini. Dan mereka-mereka yang pernah merasakan nyamannya berada di DBUKU Bibliopolis at Royal Plaza adalah saksi mata perjuangan dia, untuk mewujudkan Library At Mall sebagai salah satu ciri Khas Kota Metropolis ini.

Perjuangan belum selesai Kawan, DBUKU Bibliopolis masih terus berjuang...

No comments: