Ini
Kuletakkan pena yang sedari tadi mendiami sela sela jari. Aku sudah terlalu lelah mengorek ngorek isi hati, hendak menulis apalagi. Semakin panjang
Sesekali aku berbisik dalam hati “Segera usaikan tangismu…! sekarang…! malam ini! Besok tak perlu lagi air mata itu ? kau tak butuh kesedihan lagi… Ratna..!”
Kuhantamkan kalimat itu berkali kali di dinding hatiku dan pecahlah telur telur airmata yang tersimpan di ujung mata.
Mas wahyu laki laki berperawakan tinggi dengan tampang keras, berwajah kotak seperti kaleng krupuk, tidak ada yang menarik dari dirinya. Entah apa alasannya sejak dua tahun yang lalu aku tidak pernah bisa berhenti berpikir tentangnya. Mas Wahyu memang bukan kekasihku setidaknya aku berhubungan dengannya tanpa status. Aku dan dia hanya teman sebatas kegiatan di kampus saja. Tapi entah ada apa di antara kami, orang lain selalu melihat ada yang lain setiap aku bersamanya bukan hanya sebatas teman. Sampai pada akhirnya 2 bulan yang lalu aku bertanya sesuatu tentang hubungan kami. Dia hanya menjawab “Aku hanya menganggapmu teman, Ratna..!” mulai hari itu sampai keesokan harinya aku mulai menjaga jarak. Aku merasa lega karena aku tidak perlu lagi berharap dan menunggu suatu kepastian.
Tapi sejak pertanyaanku itu terlontar dan aku mulai menjaga jarak, Mas Wahyu semakin berani mendekat padaku. Dia mulai berani memelukku, aku tak pernah bertanya maksud perlakuannya. Aku diam dan hanya bertanya dalam hati apa maksud semua itu. Ketika di sebuah taman dia tiba tiba meminjam HPku lalu ia mengetik sesuatu disitu. Setelah sampai di rumah aku baru tahu ada pesan singkat yang dia simpan.
Bila bulan buram tertutup risau awan
Coba bertaya pada semua hembusan angin
Benarkah dia?
Apakah dia?
Taukah dia?
15juni06 00.05 by ”W”
Taman Apsari dicuri sedikit waktu dari hpku
Entah apa maksudmu?
Puisi itu Mas Wahyu tulis ketika aku dan dia sedang berada diambang ketidakjelasan yang amat sangat. Puisi yang membuatku hingga setahun ini tak pernah bisa paham arti dan keinginannya padaku. Apa yang selalu dipikirkannya tentangku.
Mas… apa yang kau maksud di puisi itu? Apa perlu aku bertanya? Harga diriku terlalu tinggi untuk bertanya maksud puisi singkat yang sederhana. Tapi maknanya begitu dalam. Sedalam apa? aku juga tidak tahu. Sampai kapan puisi itu menjadi teka teki.
Mas.. puisi itu begitu melekat Tak satu katapun aku lupa. Aku tau ada yang tersembunyi disitu, tapi apa? katakan? Beberapa bulan kau pergi, menghindariku mungkin? Kita tak pernah saling berbicara bertatap muka, hanya lewat pesan singkat kita berbicara. Puisi itu begitu dalam. Aku tau...!
Kubatalkan lagi… clear
**********
LakiLakiku
Laki lakiku
Sudah kukutuk kau
Tetap saja syaraf otak mengiangkanmu
Laki lakiku
Sudah kuhapus kau dari daftar mimpi burukku
Laki lakiku
Seperti candu
Merengkuhku hingga remuk sluruh batas dosa
Bekas pelukan eratmu merayap menyelimuti do’a do’aku
Laki lakiku
Kau memang bukan kekasih
Tapi hati selalu memanggilmu
Laki lakiku
Dialam sadar
Dialam mimpi
2juni07
Puisi puisi itu mengejan keras didalam perutku, seperti janin bayi yang lelah terkurung dalam rahim sang bunda. Dan kembali tidurku tak nyenyak. Mengusik pertapaan panjang malamku. Rumus baru untuknya. Ya.. dia lakilakiku bukan kekasihku. Tapi apa bedanya? Kembali aku beringsut merangkak di atas bantal menahan tangis menunda mimpi baru tentangnya datang lagi malam ini.
“Ratna.. letakkan matamu disisi segelas air putih, tenangkan mata batinmu” hati kecil membisikkan kata kata itu.
Lembaran kertas kertas itu semakin berserak di atas meja kecil sebelah tempat tidur unguku. Puisi tentang bulan miliknya tak pernah terungkap, masih misteri. Suasana misteri, hati misteri, tubuh misteri, dirinyapun misteri. Abu abu rokok bertabur di atas kertas kertas itu. Kegelisahaanku tercampur baur antara puntung rokok, segelas air dan kertas kertas lusuh itu.
*********
Sebulan yang lalu entah bagaimana awal mulanya aku dan Mas Wahyu bisa kembali bercanda mesra tanpa ada sedikit pertanyaan tentang puisinya itu. Dan semua berlalu begitu saja kembali ketidakjelasan yang aku dapat. Dia memang lakilakiku tapi bukan kekasihku. Tidak bisa setiap saat aku memintanya menjadi kekasihku hanya sesekali disaat hatinya sedang ingin, maka ia datang menjadi laki laki untukku. Dan aku hanya perempuan bernama Ratna yang selalu menantinya menjadi laki laki untukku. MasWahyu tanpa keahlian bermain musik hanya mengandalkan kisah petualangan liarnya tapi aku selalu menunggunya. Masa depan yang sepertinya dia juga belum tahu bagaimana mengaturnya.
“Ratna.. laki laki macam apa itu? Apa yang ia bisa lakukan untukmu? Memberi pilihan padamu saja ia tidak bisa?” pikiran pikiran di kepala semakin mencambuk hatiku keras keras. Dan aku hanya bisa diam dan tertunduk menahan air mata turun.
Entah sampai
Isi
Bolehkah aku sebut itu salahmu? menyimpan puisi sembarangan, meletakkan pelukan sekehendak hati, dan datang menjadi laki lakiku semaumu? Aku hanya perempuan biasa yang selalu bermain perasaan sebagaimana kuatnya tubuhku dan sebagaimana sifat laki laki ditubuh perempuanku ini. Atau kau memang laki laki sinting yang lupa ingatan bahwa bentuk tubuhku ini perempuan? Kalau kau memang sinting bolehlah aku menjadi sinting untuk memakimu sekehendak hati.
Perlukah kutambahkan kalimat makian itu pada
**********
03.00 dini hari, mata ini masih menggantung menatap kertas putih yang kosong. Belum ada satu baitpun kususun untuk
Sudah kutanyakan pada hatiku, apa aku butuh atau tidak padamu laki lakiku…! Beberapa malam, beberapa bulan, beberapa tahun aku habiskan untuk memikirkan
“Ratna… perempuan dengan airmata yang selalu menggantung ditengah tengah tawa riuh! Sampai jumpa pada mimpi barumu!” hati kecilku menjadi tenang dan membiarkanku tertidur dengan senyum.
NB : Dan Puisimu tetap menjadi misteri buatku, aku biarkan puisimu tetap menjadi milikmu.
2 comments:
oohhh .... so sweett .. ternyata Reman bisa meloow juga ya ?
du ..du ... jadi ingat lelak di ujung sana.
wew git,ini menceritakan orang?or cerita pribadi?hehehe
mayan panjang ceritanya & bagus juga,gita orangnya aneh tp pinter juga bikin cerpen hehehe
Post a Comment