Saturday, August 25, 2012

The Journey of Marriage Records II

Aku hanya sebagian dari harapan yang telah diimpikan oleh kedua orang tua kita. Sebagiannya adalah sebuah benang yang menjulur-julurkan kemenangan atas rasa yang di genggam sendiri. Lalu aku menjadi sebuah roh yang mendiami tubuh yang seringkali kikuk ketika memasrah padaNya.

Jika kata-kata adalah do'a, lantas harapan dan impian ada di sebelah mana? tanyaku dalam diam.
Sebuah permainan, permainan yang tak juga usai memanjakan aku. Menarik ulur sendiri nasib yang telah digariskan. Begitu pekat cerita di masa lalu, datang tanpa pernah kita menduga. Begitu kesendirian menyergap, maka foto kusam dan lawas muncul begitu saja. Menarik kembali butir-butir air mata yang telah terkubur dalam keriuhan.

Aku coba mengingat-ingat seberapa sering aku meminta? seberapa sering aku menerima? kepadaNya. Seingatku, catatan harianku adalah tangis yang tak perlu. Aku geli membaca kalimat-kalimat yang pernah aku tulis.

Hari ini, sekali lagi aku ingin menjadi sebuah cacing planaria. Cacing yang mampu membelah dirinya menjadi dua. Tak terlalu sibuk, tapi pikiran-pikiranku terbelah dua. Benar saja kata sahabatku, semakin mendekati hari, aroma pertengkaran akan semakin menggoda. Tapi sekali lagi. Aku tak akan menyerah.. Aku tak akan lari.. aku adalah manusia yang sama seperti perempuan lain yang diciptakan Tuhan.

Tak banyak yang harus kucatat, KUA tutup. Dan pertengkaran kecil di telepon genggam.
Setelahnya, bercanda lagi. Itulah kenapa aku memilih lelakiku ini, ia tahu caranya menelan kegusaran-kegusaranku. Mari menghitung kebaikan yang telah Allah SWT berikan lewat lelaki pilihanku.

Aku sedang belajar tidak selalu meminta, aku sedang belajar mensyukurinya.
Bukankah harus begitu?





No comments: