Aku biarkan telingaku ini pelan pelan dirasuki suara yang begitu renyah. Selalu.. dan selalu. Tapi aku tak pernah membiarkan perempuan itu menelan kekagumanku. SUngguh sayang jika nanti dia hanya akan menjadi pegawai kantoran yang duduk manis di depan meja yang penuh dengan pekerjaan yang menumpuk. juga dengan lelaki di sampingnya yang penuh dengan talenta hanya akan mengocok gelas kopi atau mesin penghitung saja.
Ini karya duet mereka, kebetulan lelaki itu adik kandungku, ia memainkan tuts piano tua, bekas kantor pemerintahan yang sudah tidak terpakai. Dan suara utuh, manis itu milik perempuan yang menjadi kekasih adik saya itu. Klop sudah...
Bagaimana aku tidak menelan kengerian jika mereka mampu memainkan lagu-lagu (walau masih milik orang) yang penuh dengan nada-nada tinggi. *yang pasti aku tidak akan mampu menjangkau nada itu.
Monday, February 07, 2011
Bagaimana suara itu
Labels:
Berbagi Kisah
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment