Sudah hampir seminggu ini aku berada dalam pangkuan ibu dan pelukan ayah di surabaya. setelah semingu sebelumnya minggat untuk menenangkan diri di jakarta. "Ibu.. anakmu pulang!!" saat tiba di rumah ibu sedang menyapu garasi, dan menatap aneh padaku. Yang ternyata tampak lebih gak keurus. Gimana keurus, makan cuman bisa 2 kali mentok ya 3 kali, maennya ke cafe dan mall. Lalu bertemu dengan kedua adikku yang langsung nodong oleh oleh. huwehehehehe... Tapi baru hari kedua di rumah aku bertemu ayah "Ayahku... akhirnya ketemu lagi" dan beliau langsung memberondongku dengan pertanyaan "Gimana skripsinya"?. huwehehehe... Aku asal menjawab saja dan ngeloyor pergi masuk kamar mencoba menghindar.
Setelah seminggu melepaskan resah dan penat di sebuah kota yang ternyata lebih riuh dari kotaku tercinta. Jakarta.. beberapa kali kunjung ke kota itu, kesanku tak pernah berubah terhadapnya. Kehidupan dengan alur yang teramat cepat dan padat. kepalaku pusing memandang setiap tikungan, wajah-wajah cantik dan tampan yang berpoles sentuhan salon, make up dan segala tipu tipu. Butuh seminggu mengembalikan kesadaran setelah mencicipi euforia orang-orang kota. Dan beraktivitas lagi menulis merangkul lagi kata kata, tertawa dengan kawan kawan dunia maya. Dalam sehari harus berpindah dari gedung-gedung tinggi yang penuh sesak kepala-kepala botak dan rias perempuan-perempuan menor. Belum lagi harus berdesak desakkan dalam angkutan kota yang miris melihatnya sampai miring ke kiri. Banyak jembatan penyebrangan, naik turun tangga, kluar masuk toko dan cafe. Ufh... sesuatu yang tidak pernah aku lakukan di kotaku sendiri.
Aku memang khusus datang untuk menghadiri acara sastra bertemu dengan teman teman yang sering bercanda ketawa ketiwi lewat icon YM. berdiskusi dan mengeluarkan isi kepala baik yang serius ataupun sekedar tombo ngantuk. Launching buku Dino F Umahuk "Metafora Birahi Laut" yang bertempat wapres bulungan. Namanya tidak begitu asing di telingaku. Yang memang biasa dipakai utnuk acara acara kesenian. Yah.. itupun aku tau dari tipi kelir di rumah (semua tempat di jakarta tidaklah asing mungkin, setiap sudut pasti sudah pernah mampir di layar televisi). Acara yang digelar sungguh meriah, pembukaan acara dari pementasan teater Bung Kelinci. dengan setting tempat yang sungguh tidak nyaman, gerak para pemain pun terbatas. jarak penonton yang terlalu dekat(sayang di make upnya padahal bagus banget). lalu pembacaan puisi yang penuh ombak laut milik Dino F Umahuk oleh jonathan rahardjo, jorgy, BS, epri, lia-edelweis-, dan juga si pemilik gawe Dino F Umahuk. belum lagi suguhan live musik yang asik dari volland dan yugi yakuza dkk. juga ada diskusi yang sepertinya memang di"wajib"kan ada disetiap peluncuran buku. diskusi oleh Kurnia Efendi. tapi aku tidak terlalu mendengarkan, bahkan lewat saja ditelinga. aku lebih asik bercanda dengan teman teman yang lain. hehehehe...
dan aku tak lagi secanggung dulu ketika pertama kali datang di acara launching buku Yohannes Sugianto. Jadi aku bebas aja teriak teriak.. ketawa keras keras.. huweheheh.. *kumat. Senang sekali bisa bertemu dengan kawan kawan lama dan seminggu di sana tak akan kusiasiakan untuk tak bertemu dengan teman milis apresiasi sastra, teman warung puisi, teman Kemudian.com dan yang paling menyenangkan aku bisa bertemu lagi dengan sobat dunia maya Veveandini -aldora novriana-. Juga teman berbagi cerita Lia -edelweis- bersama buah hatinya dede' alfi yang tak lain adalah istri dan anak dari pemilik hajatan dan juga bertemu teman bergosip milla, windry, om dedy, bunda inez, om yo, mbak dian ilenk, widee, ayas, bang cibo, rangga, yugi, bayu. Juga beberapa orang yang hanya tau namanya saja di dunia maya laennya. sperti om setyo, om Yonathan, Cak Lul, om BS, bung kelinci, om epri, mbak olin, indah, banyak sekali ya namanamanya (semoga tidak ada yang terlewat)
Hari pertama tiba di Gambir selasa pagi. Aku dijemput veve, walaupun harus menunggu sekitar 2,5 jam. Kemudian diajak berputar putar jakarta dengan busway menuju rumah tinggalnya. Sepertinya tidak sengaja berputar-putar, karna si veve rupanya bukan kenek busway. Sore harinya setelah ngaso sebentar di rumah veve yang dari aku datang sampai aku pergi lagu betawi diputar, aku mengunjungi pasar festival tapi rupanya itu juga mall. (ukh... baru datang disuguhi mall) Untuk kemudian bertemu dengan miss worm -windry- dan bakal tinggal sementara di rumahnya selama di jakarta. Empat hari aku ditampung di rumahnya yang riuh meong meong lucu. Lalu menguntit kesehariannya mulai dari apartemen tempat proyek yg sedang ia tangani, bergelantungan di busway, naik turun taksi. tak lupa merengek pada windry untuk naek bajaj dan windry baek hati sekali aku diijinkan berputar putar naek bajaj yang konon katanya "getarannya bikin ketagihan". huwahahahaha... lalu kembali ke rumah, menemaninya menulis cerpen dan menonton film korea hingga larut malam.
Hari kedua di jakarta aku "memanfaatkan" Bayu yang ternyata sudah mengambil cuti khusus untuk bisa menemaniku berputar putar jakarta dengan vespa antik miliknya. Hahahaha... *Baguslah Bay..! tercapai juga keinginanmu pamer vespa. Lalu mengunjungi gramedia matraman. Di gramedia, ketika sedang asik baca baca buku di rak sastra, aku dan bayu didatangi mbak berseragam diminta kesediannnya untuk diambil gambar sambil berpura pura membaca novel ayat-ayat cinta. (sepertinya untuk promo film ayat ayat cinta) *hahahaha... aku menjadi salah satu pelaku penipu di jakarta. Kebetulan waktu itu rak buku ayat ayat cinta sepi pembaca. Baru sore harinya aku dan bayu meluncur di tengah kepadatan kota dengan gerimis di sepanjang perjalanan menuju tempat wapres bulungan. Rencananya siang sih tapi karna hujan lebat jadinya terlambat, padahal aku sudah berjanji untuk membantu persiapan acara pada om yo dan om dino.
Keesokan harinya aku diajak om yo untuk datang diacara pembubaran panitia. karna aku lagi lagi merengek minta kaos padanya hehehehehe.. *merepotkan ya?. dan windry yang juga panitia pasti datang keacara itu. Dari sore aku dan windry harus nongkrong di Blok M Plaza. sekalian menunggu yang laen datang. dan aku juga membuat janji dengan mbak olin di sana.
Baru hari keempat aku bisa merasa seperti di habitatku ketika nongkrong di TIM, ngeliat ABG, trus liat orang orang yang tanpa polesan dan cuek dengan penampilan. *dasarnya gembel. Sebelumnya, pagi hari itu aku harus ikut windry untuk "dititipkan" pada Kinu dan harus menunggu kinu datang menjemput di Plaza Semanggi padahal belum buka. Aku terpaksa menunggu di Dunkin Donutz satu satunya tempat yang sudah buka. untung tidak begitu lama sampai akhirnya Kinu datang. Lalu mampir ngenet di ratu plaza, sarapan di kantin pegawai setelah itu melanjutkan perjalanan ke TIM liat liat buku di toko bukunya jose rizal. niatnya cuman mo baca baca malah mborong huwehehehe...*kalap. Sambil menunggu windry dan kawan kawan lain yang belum aku temui. Walhasil seharian itu aku di TIM mulai dari jam 1 siang sampai jam setengah 10 malam. Windry aku minta pulang duluan karna dia ada jam malam, ditemani kinu. Tapi aku belum mau pulang dan asik nongkrong sama om yo, mbak ilenk, caklul, ndaru.(semuanya kebetulan aja ketemu di sana) padahal aku cuma janji bertemu dengan indah, widee, mbak olin, dan caklul saja. Om yo menawariku pulang bareng naik mobilnya dan kebetulan rumahnya tidak terlalu jauh dengan tempat windry. Tapi aku memilih pulang bareng caklul naek sepeda motor selain karna bosan naek mobil *hayah guuaaaya, aku juga ingin melihat jakarta pada malam hari lebih jelas. ndeso ya??
Ya sudahlah. Walau harus menunggu seminggu untuk menguraikannya cerita kecil, harus bersembunyi juga dan tidak banyak ngobrol dengan teman teman di YM. alasannya cukup simpel, aku tidak mau cerita di kepalaku hanyut dan tenggelam oleh obrolan obrolan baru. Dan aku bukanlah orang yang mudah menulis, walau hanya sekedar catatan perjalanan seperti ini.
YMpun aku invisible, menyibukkan diri mengutak atik blog, email, MP, mencuri beberapa foto-fotoku dari rumah maya teman teman yang lain (maklum artis, walau agak gila jadi banyak yang ambil fotoku). Sekarang sepertinya aku sudah kembali pulih. *semoga saja. atau malah bertambah tingkat kegilaannya. huwakakakakaka....
Ibarat segelas kopi yang tandas, tersisa ampas. Tunggulah kering memadat, agar bisa diukir dan dipahat. Dan jangan dituang air lagi, agar ampasnya tak lagi berterbangan dalam gelas.
Saturday, March 08, 2008
Sepulang dari Jakarta
Monday, February 18, 2008
[Puan] Malam Sejuk yang Memuakkan
Akupun melaju kencang dengan motor kesayanganku, menerabas beberapa lampu merah dan mengacuhkan dingin yang menerpa mukaku. Akh... sial telat lagi!!! jam 19.35 seharusnya sejak jam 19.00 tadi aku sampai di pekuburan jasadku, menenggelamkan Gita menjadi Gulita si lonte tua. Sial sial sial... dan aku semakin cepat menarik gas motorku.. tak lagi peduli limbung angin yang menghujam tanpa hujan.
Anjing hitam bermata merah itu mengintaiku *
Anjing hitam itu mengintaiku, mengawasiku, menertawaiku yang gelak sendiri, lelah sendiri, bingung sendiri, yang dia tau aku harus sampai dan fokus.. fokus...! Akhirnya aku tiba di tempat, mengintai pintu pintu yang tertutup. kemanakah aku harus menuju,
Tak adakah jalan untukku kembali.*
dengan kecepatan degup yang entah berapa detak perdetik. wajah wajah buram para Puan yang sejak siang lelah dimakan rutinitas berproses hampir 2 bulan belakangan ini. Sedangkan kepalaku penuh dengan bermacam macam kerlip katakata prosa, puisi dan dentum musik genit . Perempuan gila berwajah tambun, roh puan, puan tua dan sang penguasa lakon panggung sutradara gemuk berwajah lembut yang akhir akhir ini menjadi begitu seram buatku (seperti anjing hitam bermata merah) mengisi ruang yang lebar sebesar gedung neraka tanpa api tanpa alat alat penyiksaan, hanya desahan yang panas ditelinga. Membakar ego yang tenggelam entah di dasar mana.
Kereta laju... kemana keretaku... bawa aku serta!! ough.. apakah tak cukup membawaku seorang diri*
bawa aku pindah menuju ruang yang kelam menenggelamkanku dalam segudang rutinitas, mengukuhkan aku kemana harus tinggal. Dan aku masih diam menunggu di bangku ruang tunggu dengan sebatang rokok yang tak boleh dinyalakan sampai nanti adegan per adegan tuntas. dan mereka semua terbatuk batuk pada asap yang kuhembuskan. Dengan gelisah lupa pada dialog dialog dan bentuk rupa rupa dimana aku berdiri duduk. Seperti sebuah penantian eksekusi mati, sungguh aku ingin kembali ke masa metamorfosis tak berujung, atau pada lazarus dan kekasihnya, atau entahlah proses terdahulu yang menenggelamkan Gita sedalam dalamnya. hingga lupa mana kepala, kaki, mata, tangan atau pusar ku sendiri.
lihatlah, aku melihat orang berbondong bondong hendak kemana mereka.. oh.. lihat mereka melepaskan pakaian pakaian mereka*
Ya.. ya.. lepaskan saja pakaian yang mengulitiku, kemudian menyampakkan aku menjadi semacam sampah yang berpindah dari TPS satu ke TPS lainnya menunggu sampai masuk mesin pembakaran atau membiarkanku menjadi belatung yang kelejotan karna bau busuk yang menguar dari tubuhku.
Angin tengah berhembus kencang dan tuhan telah membaui rencana rencana mereka padaku*
Memang angin berhembus kencang, meneriakkan serapah dan makian. Dasar anjing kupingmu becek hah..? jam berapa ini? Sudah malam tau... aku haus juga lapar, memangnya di perutmu hanya ada kecebongnya. Dasar Perempuan sinting. kapan mereka membakar gundukan pakaian mereka dengan bensin? aku juga mau.. aku ingin ikut biar saja aku telanjang. Berbaju atau tidak. tidaklah penting asal otakku masih bisa berpikir jernih. memilih satu yang menjadi pikiranku sekarang. Tidak pada lirik lirik lagu, hutan kata kata prosa dan puisi, atau juga lembar lembar tugas akhir yang tak juga tuntas. Akh... lebih baik kulepas saja kepala ini. biar menggelinding seperti bola tanpa gawang. Bakal melintasi lapangan yang luas.
Burung burung bawa aku serta*
Sampai dimana burung burung yang lintas tiap malam yang berangin, tadi mereka berteduh di bawah ketiakku. Menggelitikku untuk terus tertawa pada bahak yang tak juga berkesudahan. Mungkin mereka sedang menetek pada puting susu yang membawa kebodohan dan kekonyolan. Atau sedang menunduk pada selangkangan yang menyimpan golok tajam berduri. Lalu mabuk menari bersama sama perempuan sinting, puan tua dan roh puan (mungkin juga anjing hitam bermata merah itu juga ikut serta dibelakang panggung) sambil sesekali membunyikan musik musik miris dan menakutkan.
Lonceng berdentang berkali kali, jiwaku melesat keatas bukit*
Aku mengumpat setiap kali lonceng berdetak, sial sial sial.. tiba waktu penguburanku -Gita- dan aku masih diam disini menunggu setan yang tak juga muncul. menggantikan tempat duduk yang hampir basah karena keringat dingin berlarian. Menunggu algojo algojo diperbantukan, memeras keringat dan otak yang lelah menghapal satu saja dialog panjang tentang
Ratusan, ribuan, bahkan jutaan manusia, yang tua, muda, bahkan yang masih anak anak*
Dan sekarang aku harus kembali ke bangku penantian memunguti barang barang yang tercecer. malam sejuk yang memuakkan. Kepalaku dijatuhi gada. Berat.. Berat... Berat... dan tak ada waktu istirah sedangkan mulutku masih saja misuh misuh, mengumpat orang orang di dekatku. menyalahkan yang mungkin mereka tak ikut bersalah.
Proses Puan Yang Ketiga, kembalilah menjadi Gulita lalu menerima telepon dari om jonathan. dan memaki makinya dengan selangkanganmu yang becek. Sungguh..
Peradaban peradaban becek*
(* )adalah kilatan kilatan dialog Naskah PUAN karya Luky H Wibowo