Monday, November 24, 2008

25 Tahun Bertabur Puisi

Kau dan Tikus Kecil : Dalam sebuah sajak

By. Nisa Pikanisa

: Gita P, kekasih gelapku

tiap malam
kau urai kata
lepas dari burai dada

tak ada yang tahu
kau sembunyi
antara sedu sedan
malam sepi

Arak saja sengau rindu
pijar rembulan
bulir hujan
luas taman

Yang kau jejalkan
resap embun
lingkar pelangi
kilau malam

nantinya,
kau selalu kembali berciap-ciap
pada tikus kecil
dari jeruji kamar sebelah

Ah... kau tahu
tikus kecil tak sekedar tunggu
butuh sekedar remahanmu

Mungkin sama ?
atau sebaliknya?

Kau bunyi ciap-ciap
Tikus suara cicit

Lihat!!
Kalian cipta lagu
rangkai soneta
tembus kabut kata

Bersahabat
Bermain aliran awan
bersimbah semai rinai tetesan

Ber-sa-ma

Sby, 231108


Jangan Kau Hadir

By. Benz

:gita p.

jangan kau hadir pada rambut mengering
di genang cat kental menggambar nyala unggun
kobar api berdansa mengigau-igaukan
semua kata, tersekap di diam dada

ke tepi kolam tak bertuan
ke ujung pohon tak berpucuk
mana rindang yang dulu pernah kau temukan?

jangan kau hadir pada kisut kulit kaki
di semak usia menunggu tanah paling gembur
ranting umur menari-nari di semua lagu
yang tak pernah selesai kau lantun

jangan kau hadir
jangan kau

hadir

..

(2008)

Undangan Pernikahan

By. Prince Adi

: gheta

aku tidak menerima undangan pernikahanmu
yang sudah kaujanjikan hanya akan ada
aku dan kamu

...

Hei, apa kau tak ingat sebuah kecup
yang pernah kuhadiahkan tepat di dahimu
saat malam tepat ingin memeluk kita yang tengah
menggigil dan mengejang

Ingat, saat kusingkap rokmu diam-diam di tiap malam
dan kupermainkan lidahku - memancing birahimu
yang pernah kau bilang mati?
seolah mayat-mayat yang belum jua dikremasi?

Maka janin lah hasil semua itu, yang
kaugugurkan dengan meminum air raksa sebelum
kau berdiri di kursi tua, mengikat lehermu dengan
tali rafia

Maka hari ini, di hari yang kau damba-damba
aku datang membawa gitar tua memainkan nada-nada minor
dari senar yang sudah ingin tertawa

(nanti saya rekamin lagu baru saya...silent move)


HARI PENGHABISAN (KIAMAT)

By. bunghatta_crb

Kala bumi pandangi langit
harapkupun semakin tipis
semakin aku kagumi rindu
batasanpun makin menjauh.

Saat mentari cintai bulan
sinaran pun makin tenggelam
tapi cahyaku memantul dalam temaram
menjadikan bulan makin menawan

Ku nantikan dimana bumi bertemu langit
Ku rindukan saat mentari bertemu bulan
dan ku ingin melihat lagi seraut wajah
lusa kita 'kan berpadu dihari penghabisan





Wednesday, November 05, 2008

Cerita Lengang, ESOK didatangi Epri Tsaqib

Kami girang sekali akhirnya si Ruang Lengang berkunjung ke Surabaya, mengurangi sedikit bising kota dengan kata kata puitis. Setelah beberapa kali pembicaraan lewat YM. Akhirnya saya dan teman-teman ESOK sepakat untuk membantu launching dan diskusi buku Epri Tsaqib di Surabaya.

Epri Tsaqib datang hari jum'at pagi dijemput dari stasiun gubeng oleh paklik sonydebono. lalu diantarkan kekontrakan Yasmin binti Mumun untuk mengaso dan menunggu waktu acara bincang dan makan siang bersama di MagnetZone. Saya yang kebetulan sejak semalam (kamis) tidak pulang karena setelah latihan dan rapat kecil ada pesta kejutan untuk si pemilik kontrakan yang berulang tahun. Walhasil tak mungkin pulang karena sudah terlalu larut. hari pertama epri Tsaqib di Surabaya disibukkan dengan acara makan siang. tapi setelah acara Epri Tsaqib harus langsung loncat ke malang. karena jadwal lanching dimalang berubah menjadi hari sabtu pagi.

Sabtu siang pak panji, pembahas buku datang dari madiun dan lagi-lagi sayalah bagian penjemput di terminal bungurasih. Surabaya pada saat itu sedang panas-panasnya isu pergerakan matahari semu menambah gerah suasana kota yang memang sudah panas. setelah menjemput pak panji. saya bawa dia kerumah dulu untuk beristirahat sejenak di rumah sudah ada nisa, lalu melanjutkan perjalanan yang bakal sangat panjang dan melelahkan (ini berlebihan sih!) setelah minum segelas air kitapun (saya dan pak Panji) berangkat menuju kontrakan, basecamp kedua di tengah kota. Sedangkan Nisa langsung menuju tempat acara untuk persiapan. Di gedung sudah ada wakgun, iwan, dkk. Sesampai di kontrakan Epri Tsaqib ternyata belum sampai di surabaya. lalu beberapa jam kemudian saya menjemputnya di stasiun gubeng. nah akhirnya saya bisa ngaso sebentar sambil menunggu maghrib lalu kami semua berangkat ke gedung ex-mpu tantular. karena acara diundangan jam setengah tujuh malam. Taktik supaya undangan datang lebih awal, Surabaya gitu lho..!

Acara Launching dan Diskusi buku kami buat minimalis saja, sesuai dengan nama komunitas kami Emperan Sastra Cok, maka kami memilih konsep Ngemper alias Lesehan. Dengan konsep sederhana ini kami ingin menghilangkan kesan sastra itu eksklusif. Siapapun Bisa Nyastra, Siapapun Bisa Membaca, Siapapun Bisa Berpuisi. Para pembicara yang ada tidak ingin kami beda-bedakan dengan para audience supaya acara diskusi bisa lebih santai. Yah.. walau di ruangan itu panas karena tidak ada AC dan hanya ada kipas angin satu buah. Tapi kami berharap acara bisa terus berjalan dengan lancar. Maklum gedung fasilitas dari Dewan Kesenian Jatim ini bekas Museum yang konsep ruangannya sebenarnya ber-AC jadi ventilasinya tidak ada. Kamipun berterima kasih karena telah diberi ijin untuk menggunakan gedung itu.

Acara launchingpun mengalir lancar dibuka dengan persembahan lagu dari Mas Iwan kawan dari PAPER (Paguyuban Penghibur Rakyat Pucang), lalu pembuka oleh MC yasmin, performance dari teman-teman ESOK (Nisa, DeeDee, Iwan, Wakgun, dan saya sendiri). setelah itu diskusipun berjalan kurang lebih 2 jam lamanya. dimoderatori Sonydebono dan pembahas Pak Panji dari madiun dan Bincang camu Epri Tsaqib. Lalu ditutup dengan spontanitas dari para tamu.

Setiap kali ESOK mengadakan acara bedah/launching, kami berusaha mungkin menampilkan sesuatu. Karena Esok bukan Komunitas Penulis Profesional, kami adalah kelompok manusia-manusia aneh yang ingin terus belajar, berkarya, mengapresiasi Sastra. Kedatangan beberapa penulis merupakan angin segar buat kami yang ingin belajar, baik dari segi pengkaryaan dan konsep buku dari mulai proses pembuatan sampai penjualan. Dan Epri Tsaqib memompa semangat kami untuk terus berkarya. Dua buah lagu yang kami arransemen (Gerimis dan Di Ruangan Itu) belumlah cukup untuk rasa terima kasih kami terhadapnya.

Memang kami hanya bisa menyuguhi pembicara, tamu undangan dengan sebuah pementasan musikalisasi minimalis, tapi semoga bisa menghibur. Walau pada acara ini persiapan kami tidak punya banyak waktu karena masih terkena imbas libur Lebaran kami tetap semangat. Saya dan kawan-kawanpun pada masa persiapan sempat kewalahan. Karena Epri Tsaqip tidak hentinya mengingatkan soal publikasi dll. Epri Tsaqib sendiri meminta saya untuk bekerja sama dengan komunitas lain, tapi entah setelah saya mengkonfirmasi justru tidak ada tanggapan. Jadi kamipun memutuskan menjalankan misi ini sendiri saja, untunglah ada sponsor MagnetZone yang memberikan sumbangan doorprize.

Saya sebenarnya sudah menyelesaikan laporan kegiatan ini sejak dulu. Tapi masih belum selesai, sekarang saya habiskan saja tulisan ini. Apa adanya...! Bagi saya proses persiapan launching kali ini terasa lengang, mulai dari persiapan awal, greget semangat dari kawan-kawan sendiri. Akh.. seperti judul buku ini saja. Entah karena masih suasana lebaran, terhanyut Buku Ruang Lengang atau memang keriuhan Esok sedang menurun.

Keterbatasan kami yang sedang belajar dan semangat yang kami miliki ini semoga tidak menjadi sesuatu yang sia-sia. Terima Kasih

Salam
Gita Penjaga Gawang ESOK

Okt-Nov 2008