Wednesday, February 09, 2011

Naskah Monolog Perempuan dan Kursi Roda

ADAPTASI NOVEL
THE SOULS MOONLIGHT SONATA
Oleh Gita Pratama


Adegan Pertama

(Ruangan suram) Perempuan di atas kursi roda. Wajahnya yang mulai mengerut, sinar matanya seperti sorot bulan yang jatuh, sintal tubuh dan keelokan di masa muda masih terpancar.

Iringan Biola… perempuan tua dengan kursi roda masuk perlahan.

Lelaki itu, memilihku. Kecantikan hanya penting di bawah empat puluh tahun (mengingsut perlahan di atas kursi roda). Setelahnya aku hanya perempuan tua yang pelan-pelan lumpuh. Osteoporosis telah menggerogoti seluruh sel tulang-tulangku.

Lelaki itu nyaris sempurna karena telah memiliku. Lekuk tubuh serupa biola yang ia pujapun mengendor, rahimku telah memberi dua anak untuknya. (wajahnya terangkat, menarik seluruh cahaya yang membias di ruangan itu)

Lelaki itu memesona, sungguh dia lelaki baik-baik. Aku rela menyimpan segenap nafas dan hidup untuknya, Tapi dia adalah manusia biasa. Aku melihat bayangan di balik tubuhnya tiba-tiba menjadi suram.

Lelaki itu tinggalkan kelam cerita di putaran roda kursi ini. Seperti pusaran waktu yang melingkar semakin merapat di tubuhku, Aku tidak sedang berpijak di antara pilihan. Karena…

Lelaki itu suamiku.

Adegan Kedua

Biola dan derit pintu…
Dan perempuan tua yang terduduk di kursi bambu.
Matanya yang senja, menatap tajam di sudut pintu.

Hana…. Kaukah itu..? Kenapa tak berkabar kalau pulang. (sepi)
Oh.. Lolita.. apa itu kau? Cepat sekali kau pulang nak… (masih juga sepi)
Bukan.. itu bukan mereka. (Ia menghela, menelan harap kerinduan akan anak-anaknya)
Lalu Siapa perempuan muda menenteng biola itu?

(Cahaya menyentuh seluruh tubuh perempuan tua)

Perempuan itu, membawa bayangannya ke dalam rumahku. Berwarna pelangi, bukan abu kelam seperti bayangan suamiku. Berwarna kuning pucat, persis seperti cahaya bulan. Tapi aku sungguh membencinya, membenci perut buncitnya.

Perempuan itu, babu yang kukasihani. Meninggalkan halaman kelam di catatan rumahku. Di pintu ia tinggalkan bayinya juga selembar kain membercak darah dosa.

Perempuan itu, entah sengaja menyiapkan senjata di balik punggungnya ketika aku lengah. Atau lelakiku yang baik-baik itu, menyimpan seringai serigala ketika aku telah menjadi ibu bagi anak-anaknya dan bukan lagi perempuan yang menjadikannya nafas hidupku.

Sungguh salah… (nada getir yang ditekan) jika perempuan menggantungkan hidup pada laki-laki. Meskipun Ia telah berjanji akan setia sampai mati. Lelaki tetaplah makhluk pemangsa.

Dan bayi itu telah lahir dari kesalahan.

Adegan Ketiga

Perempuan tua di atas kursi roda. Membelakangi cahaya.

Gadis itu berdiri di depanku. Memainkan biola seperti suamiku dulu. Penuh cinta, penuh keyakinan, dan aura perak melingkar di tubuhnya setiap kali ia menggampit biola di lipatan dagunya.

Ini rahasia yang tersingkap di sela-sela album foto keluarga. Ini aib yang tak ingin lagi kujadikan beban. Aku telah memaafkannya, tapi masih saja luka itu mengintip tiap kali ia memanggilku. Ini rahasia yang kutulis tipis di urat-uratku yang makin mengerut.

Padmaningrum, gadis berbakat dan penuh gairah yang tak lagi kubenci. Aku mengasihinya. Karena ia anak suamiku. Kau tau.. kau jelmaan lelaki baik-baik itu. Biola yang kau tenteng itu menyimpan roh ayahmu. Tanpa kau ketahui.

Perempuan itu bukan pelacur…

Ibumu bukan pelacur nak... Ia hanya berada di waktu dan tempat yang salah. Dan kau terpaksa menerimanya menjadi bagian dari hidupmu, dosa yang tak akan dapat kau mengerti.

Gadis itu.. sepertiku.. menyalahkan diri. Coba endapkan dendam yang menggemuruh. Aku merasakannya. Biarkan meledak dalam dekapku nak.. Tapi sungguh kebisuan sejenak adalah senjata bermata dua yang akan menghancurkan segalanya.

Aku dan kau adalah korban. Korban dari lelaki baik-baikku dan juga perempuan itu.

Dan kau tidak akan sempat memilih.


Adegan Keempat

(Wajahnya tersenyum genit, walau tubuh nya masih terpaku di atas kursi roda.)

Aku masih menyimpannya Pak..! Cincin yang kau buatkan untuk ke tiga anakmu. Yohana, Lolita dan gadis itu, Padmaningrum bayi hitam dan kurus yang ditinggalkan babumu untukku. (Sambil tersenyum perempuan itu menggumam mesra, berbicara pada sepinya)

Aku tahu. Aku tahu, sebelum ajal menemuiku masih ada wasiat darimu yang belum tuntas. Dan sekarang adalah saat yang kunantikan sejak kepergianmu.

(tiba-tiba perempuan itu meracau)
Bayi suamiku dari rahim babuku. Lantas aku siapa? Lantas aku apa?
Bayi hitam dan kumal, telah menjadi dia… gadis itu.. Padma..

Ia bersimpuh di lututku, terisak. Lelaki itu.. Gadis ini..

(wajahnya terangkat mengembalikan kesadarannya, lalu membelai gadis yang berada di pangkuannya)

Dendam telah lama terhapus.., setidaknya kau juga akan begitu. Ayahmu telah lama tertidur mendekap senyum ke-lila-anku.

Padma.. Simpan cincin ini untukmu. Dari Ayahmu…

Perlahan suara moonlight sonata terdengar, seiring redupnya cahaya ruangan


Surabaya, 5 Februari 2011

Monday, February 07, 2011

Bagaimana suara itu

Aku biarkan telingaku ini pelan pelan dirasuki suara yang begitu renyah. Selalu.. dan selalu. Tapi aku tak pernah membiarkan perempuan itu menelan kekagumanku. SUngguh sayang jika nanti dia hanya akan menjadi pegawai kantoran yang duduk manis di depan meja yang penuh dengan pekerjaan yang menumpuk. juga dengan lelaki di sampingnya yang penuh dengan talenta hanya akan mengocok gelas kopi atau mesin penghitung saja.

Ini karya duet mereka, kebetulan lelaki itu adik kandungku, ia memainkan tuts piano tua, bekas kantor pemerintahan yang sudah tidak terpakai. Dan suara utuh, manis itu milik perempuan yang menjadi kekasih adik saya itu. Klop sudah...

Bagaimana aku tidak menelan kengerian jika mereka mampu memainkan lagu-lagu (walau masih milik orang) yang penuh dengan nada-nada tinggi. *yang pasti aku tidak akan mampu menjangkau nada itu.



Coba saja dengarkan, hanya dengan bekal, mic, tape, piano tua, netbook dan program acidnya. Mereka berkolaborasi dengan cantiknya, "DowneenDha" itu singkatan nama mereka berdua. Sebenarnya aku pernah diam-diam menyimpan beberapa lagu kolaborasi mereka. Tapi telah hilang dimakan kutu busuk virus yang menyebalkan itu.

Ufh... andai saja mereka mau membuat lagu sendiri. Apa jadinya mereka ya? mungkin bisa mengalahkan duet anang-KD (waktu mereka masih berstatus suami istri)hahahaha... Ngayal.com---NganGa'deh.com

Selamat menikmati dan menjadi fans rahasia mereka.