Tuesday, June 24, 2008

Mengulang (lagi) Episode Panjang

Kali ini...
Aku mau sesuatu yang terang. Tak lagi bersembunyi pada kata. Atau senyum berjuta makna. Kisah ini hampir tak pernah menyerah, tak juga menuju titik, selalu menyisakan koma. Dengan jeda yang teramat panjang. Lelah, tapi sementara.

Cukup? tak ada.. kata cukup tak pernah sampai. Sekarang kupilih libur puisi untukmu. Memilah antara kau dan aku di kepala. Sebuah rasa yang selalu tertimbun hingga menganak dan berakar di dalam hati.

Malam hampir terjaga, kau.. kau.. dan bulan separomu. Seperti gasing, ia berputar-putar menarikku perlahan pada lingkaran semakin dalam. akh.. begitukah luka? Tak terasa namun di akhir pecahlah butir-butir airmata.

Jika waktu selalu berjalan mundur, akan kupaksa ia berjalan maju. Agar aku lupa angka dan tak pandai lagi berhitung tentangmu.

Pada lembar kertas berwarna ungu, dan tinta perak. Biasa, tepiannya kubuat bergerigi. Kecil saja, membentuk kartu ucapan lipat dua. "Selamat", untukku sendiri. Selamat apa? selamat mengulang? ya.. mungkin.

"Berapa kali datang dan berapa kali pergi, lagi.. dan lagi.."

Andai.. andai.. andai apa?? perandaian telah habis diuntai. Kertas berisi makian, cacian dan seluruh dendam, berserak di atas meja dan kolong tempat tidur. Di pojok kanan bawah kutulis dengan huruf latin kecil "diam". Diam.. diam.. diam... setiap ruang gelap dipenuhi tentangmu.

Bukankah ini kesekian kalinya diceritakan, ditulis ulang. Tidak pernah usang masa, perhentian, atau selesai. Begitulah kita. Aku dan Kamu

"Sudah khan kangennya?" tanyamu, seusai kita menghitung jarak malam dan pagi
Untukmu, brapapun hitungan waktu tidak akan pernah cukup.

Sby, 23Juni2008
akh.. tulisan ini? nikmati sajalah...patah-patah
"Seusai Penutupan SFM dengan musik Jazz"

Saturday, June 07, 2008

Di Sebuah Pantai

Jemarimu bermain, melukai pasir pantai. Kakimu jenjang mulus, tanpa bulu. Bolehkah aku bersujud di situ. menghitung pasir bersamamu. Udara memanas sedangkan kau tetap tenang dengan berbalut kain kaca putih. molek....

Bolehkan aku rebah di sana, melandaikan penat sementara. Aku dahaga angin pantai sibuk membelaiku. Rambutku basah ombak laut. Mataku silau pendar camar kemilau. Dan kau memukauku. Cantik..

Payung mungilmu berwarna-warni tak cukup mampu menutupi seluruh tubuhmu. Yah.. kau tau. Tapi diam saja. Bolehkah aku menumpang teduh sejenak bersamamu. Tubuhku ingin hangat, berdekapan denganmu. Bermanja mungkin. Boleh ya...

Kupesan segelas es kelapa muda, lantas dengan santai ku rebah di atasmu. Tubuhmu dingin dan beku, mengeras tapi tak ada penolakkan. Kucoba mencari posisi paling nyaman. Telungkup menciumimu, harum...

Kureguk wangi ombak segara di atasmu, hingga ku tertidur pulas. Dan penatku perlahan hilang. Akh kursi pantai ini begitu nyaman. Terbuat dari kayu mindi merah kecoklatan. "Boleh kubawa satu?" pintaku pada pemilik cafe

Surabaya, 7 Juni 2008